Alamat:
Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM)
Jalan Cikini Raya 73
Jakarta Pusat 10330
Phone: 021 - 2305147, 337530
Fax: 021 - 2305146, 337530
Sejarah Singkat
Planetarium Jakarta dibangun dan dihadiahkan kepada rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Jakarta, oleh Pemerintah Indonesia atas gagasan Presiden Soekarno. Dasar filosofis pendiriannya ialah agar ilmu pengetahuan bangsa Indonesia bertambah, khususnya tentang Jagad Raya (astronomi) dan sedikit demi sedikit menghilangkan tahyul. Presiden berharap Planetarium dapat menjadi salah satu sarana untuk mengejawantahkan program Nation Building.
Berkat sumbangan dana Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) dan lembaga pemerintah, Planetarium dibangun di tempat bekas Kebun Binatang Taman Raden Saleh (Cikini - Jakarta Pusat, yang kini di lokasi Taman Ismail Marzuki - TIM). Peralatan berupa proyektor dengan segala kelengkapannya termasuk teleskop (teropong bintang) guna pembangunan observatorium, dibeli dari perusahaan optik Carl Zeiss - Jena (Jerman). Sedangkan arsitekturnya adalah karya putra Indonesia.
Saat pemancangan batu pertama (9 September 1964), Bung Karno di akhir pidato berkata, "Lapangan politik kita kejar, lapangan ilmu pengetahuan kita kejar, agar supaya kita benar-benar dalam waktu yang singkat bisa bernama bangsa Indonesia yang besar !" Dalam sambutannya (17 Agustus 1965), Santoso Nitisastro dari Observatorium Bosscha Lembang pun mengatakan, "Semoga Planetarium Jakarta ini dapat merupakan alat yang ampuh bagi revolusi rakyat Indonesia dalam perjuangannya mengemban amanat penderitaan rakyatnya!"
Sayang pembangunannya terhenti saat pecah peristiwa G30S/PKI, tetapi akhir 1967 dilanjutkan lagi dan selesai 20 November 1968. Pengelolaannya diserahkan kepada Gubernur Jakarta yang saat itu dijabat oleh Bang Ali. Direkturnya ditunjuk oleh Presiden yang akhirnya terpilih Santoso Nitisastro. Beliau bisa dianggap sebagai direktur pertama Planetarium Jakarta yang mulai dibuka untuk umum pada tanggal 1 Maret 1969 (dianggap sebagai hari ulang tahun Planetarium Jakarta).
Tahun 1984, Pemerintah DKI Jakarta membentuk organisasi penyelenggara fungsi dan tugas-tugas planetarium dan observatorium, yaitu Badan Pengelola Planetarium dan Observatorium Pemerintah DKI Jakarta. Dan setelah melewati usia 27 tahun (1996), dilakukan pemutakhiran proyektor dan perbaikan sarana atau fasilitas pendukungnya.
Fasilitas
Dalam gedung pertunjukan utama (planetarium) berkapasitas sekitar 300 kursi, penonton dapat melihat peragaan/simulasi langit baik langit siang maupun malam hari. Wajah langit tiruan ini diproyeksikan ke kubah setengah bola bergaris tengah 22 meter di atas penonton melalui proyektor Universarium Model VIII.
Sebagai penunjang pertunjukan planetarium, terdapat ruang pameran dimana disajikan materi dalam ujud lukisan, photo, film video, miniatur benda langit ataupun wahana antariksa, dsb.
Bagi pengunjung juga disediakan perpustakaan dengan materi yang tentunya berkaitan erat dengan maslah astronomi. Namun, hanya dibuka pada jam kerja kantor:
4. - Senin s.d Kamis : pukul 07.30 WIB - 15.30 WIB
5. - Jum'at : pukul 07.30 WIB - 16.00 WIB
- Sabtu dan Minggu tutup.
Mulai tahun 1998 direncanakan menambah fasilitas pertunjukan alternatif yaitu slide-show yang menggunakan fasilitas multimedia di dalam gedung pertunjukan baru. Animasi dinamika alam semesta ditampilkan dengan suasana mirip bioskop. Namun untuk masa mendatang bukan hanya slide-show saja, melainkan digabung dengan video film, laser disk, dan CD-ROM.
Planetarium Jakarta juga memiliki fasilitas kelas untuk menjalin interaksi lebih aktif antara pengunjung dan staf dalam penyebarluasan astronomi secara populer. Fasilitas kelas ini pula yang memungkinkan planetarium menyelenggarakan kegiatan lain seperti seminar dan penataran astronomi.
Adanya 3 teleskop memungkinkan mengadakan kegiatan pengamatan benda langit sebagai fungsi ke-observatorium-annya. Baik dalam bentuk penelitian (observasi ilmiah skala kecil), kegiatan khusus untuk masyarakat umum/awam (peneropongan umum), maupun gabungan keduanya sebagai partisipasi aktif untuk memupuk minat masyarakat. Dalam hal ini, fungsi BP Planetarium & Observatorium adalah sebagai tempat wisata ilmiah (edutainment : pendidikan dan hiburan). Lainnya adalah bimbingan karya tulis, membina kerja sama dengan instansi lain seperti Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung, Observatorium Bosscha Lembang, LAPAN, Departemen Agama, institut terkait dari manca negara; serta tidak lupa untuk membina organisasi amatir astronomi dimana siapapun dapat bergabung didalamnya (Himpunan Astronomi Amatir Jakarta/HAAJ).
Peneropongan Umum
Jadwal peneropongan umum biasanya disusun bersamaan dengan jadwal pertunjukan malam hari dan tentu saja dengan mempertimbangkan kondisi cuaca (idealnya cerah, tak berawan). Setiap bulan diadakan 2 kali (2 hari berturutan) dan tidak dipungut biaya apapun. Namun, tidak menutup kemungkinan mengadakan kegiatan ini di luar jadwal yang telah ada - semisal ada peristiwa astronomis yang menarik seperti gerhana Matahari/Bulan, penampakan komet, dsb.
Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ)
Wadah ini dipelopori oleh Planetarium Jakarta setelah melihat kecenderungan minat masyarakat terhadap astronomi yang makin meningkat sejak 1983. Secara resmi HAAJ berdiri tanggal 21 April 1984.
Anggota HAAJ berasal dari berbagai tingkatan usia, latar belakang pendidikan dan profesi. Jumlah yang terbanyak adalah pelajar/mahasiswa. Akhir-akhir ini malah keberadaan anggota yang karyawan semakin banyak.
Pembinaan yang dilakukan oleh Planetarium khususnya bertujuan menciptakan wadah yang sehat dan bermanfaat bagi perkembangan generasi muda. Juga diharapkan dapat mempopulerkan dan mengembangkan ilmu astronomi di Indonesia.
HAAJ secara berkala (2 minggu sekali) mengadakan kegiatan seperti ceramah, pemutaran film ilmiah (dan film populer - namun aspek keastronomian tetap dipertahan kan). Selain itu berdiskusi, pameran, dan melakukan peneropongan (baik dalam kota maupun luar kota).
Mengingat himpunan sejenis di manca negara sudah banyak yang lebih maju, seperti di Amerika Serikat, Jepang, negara-negara di Eropa, Australia, dsb. - maka tak menutup kemungkinan bahwa pada masa mendatang HAAJ akan mengadakan jalinan kerjasama dengan mereka untuk memperluas wawasan dan pengalaman. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa hasil temuan atau pengamatan para astronom amatir mempunyai arti besar atau penting bagi dunia astronomi dan dibutuhkan oleh yang profesional. Misal temuan komet dan asteroid baru, dsb.
Rabu, 26 Desember 2007
Selasa, 18 Desember 2007
Tugu Monas
Tugu Monas sebagai simbol kota Jakarta
Tugu Peringatan Nasional yang satu ini merupakan salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat melawan penjajah Belanda. Monumen Nasional yang berada dipusat kota Jakarta yaitu di Lapangan Monas Jakarta Pusat dibangun pada tahun 1960.Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik. Sebuah batu obelik yang terbuat dari marmar yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya 137 meter. Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 kg. Lidah api atau obor ini sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia yang ingin mencapai kemerdekaanTugu Peringatan Nasional ini lebih dikenal dengan sebutan Tugu Monas yang dibangun diareal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Soedarsono dan F. Silaban, dengan konsultan Ir. Rooseno. Resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Monas mengalami lima kali pergantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas.
Air mancur Menghiasi Tugu Monas
Disekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur, Minggu atau libur sekolah banyak masyarakat yang berkunjung kesini. Di dalam bangunan Monumen Nasional ini juga terdapat museum dan aula untuk bermeditasi. Para pengunjung dapat naik hingga keatas dengan menggunakan elevator. Dari atau Monumen Nasional dapat dilihat kota Jakarta yang semakin padat dan semrawut dari puncak monumen. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari, Senin - Sabtu mulai pukul 9.00 - 16.00 WIB.
Tugu Monas sebagai simbol kota Jakarta
Tugu Peringatan Nasional yang satu ini merupakan salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat melawan penjajah Belanda. Monumen Nasional yang berada dipusat kota Jakarta yaitu di Lapangan Monas Jakarta Pusat dibangun pada tahun 1960.Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik. Sebuah batu obelik yang terbuat dari marmar yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya 137 meter. Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 kg. Lidah api atau obor ini sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia yang ingin mencapai kemerdekaanTugu Peringatan Nasional ini lebih dikenal dengan sebutan Tugu Monas yang dibangun diareal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Soedarsono dan F. Silaban, dengan konsultan Ir. Rooseno. Resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Monas mengalami lima kali pergantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas.
Air mancur Menghiasi Tugu Monas
Disekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur, Minggu atau libur sekolah banyak masyarakat yang berkunjung kesini. Di dalam bangunan Monumen Nasional ini juga terdapat museum dan aula untuk bermeditasi. Para pengunjung dapat naik hingga keatas dengan menggunakan elevator. Dari atau Monumen Nasional dapat dilihat kota Jakarta yang semakin padat dan semrawut dari puncak monumen. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari, Senin - Sabtu mulai pukul 9.00 - 16.00 WIB.
Minggu, 16 Desember 2007
Museum Nasional
History and Aims
On April 24, 1778, a group of Dutch intellectuals established a scientific institution under the name Bataviaasch Genotschap van Kunsten en Wetenschappen, (Batavia Society for Arts and Science). This private body had the aim of promoting research in the field of arts and sciences, especially in history, archaeology, ethnography and physics, and publish the various findings.
One of the founders - JCM Radermacher - donated a building and a collection of cultural objects and books, which were of great value to start off a museum and library for the society. Due to the growing collections, General Sir Thomas Stamford Raffles built a new premises on Jalan Majapahit No. 3 at the beginning of the 19th century and named it the Literary Society. In the 1862 the Dutch East Indian government decided to build a new museum that would not only serve as an office but also could be used to house, preserve and display the collections.
The Museum was officially opened in 1868 and became known as Gedung Gajah (Elephant House) or Gedung Arca (House of Statues). It was called Gedung Gajah on account of the bronze elephant statue in the front yard donated by King Chulalongkorn from Thailand in 1871. It was also called Gedung Arca because a great variety of statues from different periods are on display in the house.
On February 29, 1950 the Institution became the Lembaga Kebudayaan Indonesia (Indonesian Culture Council) and on September 17, 1962 it was handed over to the Indonesian government and became the Museum Pusat (Central Museum). By decree of the Minister of Education and Culture No. 092/0/1979 of May 28, 1979 it was renamed the Museum Nasional. The Museum Nasional is not only a centre for research and study into the national and cultural heritage, but also functions as an educative, cultural and recreational information centre.
Currently the Musium Nasional houses collections of 109,342 objects under the categories of prehistory, archaeology, ethnography, numismatics-heraldic, geography and historical relics. In 1994, the museum started with is expansion project. The new building, constructed in the same architectural style as the old, comprises an arena for theatrical performances and more spaces for exhibitions. The building is scheduled for completion this year.
On April 24, 1778, a group of Dutch intellectuals established a scientific institution under the name Bataviaasch Genotschap van Kunsten en Wetenschappen, (Batavia Society for Arts and Science). This private body had the aim of promoting research in the field of arts and sciences, especially in history, archaeology, ethnography and physics, and publish the various findings.
One of the founders - JCM Radermacher - donated a building and a collection of cultural objects and books, which were of great value to start off a museum and library for the society. Due to the growing collections, General Sir Thomas Stamford Raffles built a new premises on Jalan Majapahit No. 3 at the beginning of the 19th century and named it the Literary Society. In the 1862 the Dutch East Indian government decided to build a new museum that would not only serve as an office but also could be used to house, preserve and display the collections.
The Museum was officially opened in 1868 and became known as Gedung Gajah (Elephant House) or Gedung Arca (House of Statues). It was called Gedung Gajah on account of the bronze elephant statue in the front yard donated by King Chulalongkorn from Thailand in 1871. It was also called Gedung Arca because a great variety of statues from different periods are on display in the house.
On February 29, 1950 the Institution became the Lembaga Kebudayaan Indonesia (Indonesian Culture Council) and on September 17, 1962 it was handed over to the Indonesian government and became the Museum Pusat (Central Museum). By decree of the Minister of Education and Culture No. 092/0/1979 of May 28, 1979 it was renamed the Museum Nasional. The Museum Nasional is not only a centre for research and study into the national and cultural heritage, but also functions as an educative, cultural and recreational information centre.
Currently the Musium Nasional houses collections of 109,342 objects under the categories of prehistory, archaeology, ethnography, numismatics-heraldic, geography and historical relics. In 1994, the museum started with is expansion project. The new building, constructed in the same architectural style as the old, comprises an arena for theatrical performances and more spaces for exhibitions. The building is scheduled for completion this year.
Senin, 03 Desember 2007
Kami akan membahasnya satu per satu dimula dari PPIPTEK
PPIPTEK (Pusat Peragaan Ilmu pengetahuan dan Teknologi)
Disadarai bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia berkembang sangat cepat, dan perkembangan ini harus disadari adanya dan diketahui arahnya. Pendirian pusat peragaan ini dimaksudkan untuk menyadarkan masyarakat akan adanya perkembangan ini dan ikut maju bersama perkembangan tersebut. Dengan peragaan ini pula masyarakat dapat melihat dari dekat, bahkan ikut berperan serta di dalamnya dan memahami bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi itu berjalan.
Dengan peragaan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, pengunjung dapat mengembangkan motivasinya dalam memahami prinsip-prinsip IPTEK. Banyak benda peragaan IPTEK yang dapat dimainkan sendiri oleh pengunjung di pusat peragaan ini. Dengan sistem ini. pengunjung akan secara langsung menjadi pelaku atau pelaksana ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bagi siswa, bahkan umum pun, Pusat Peragaan IPTEK merupakan arena yang mengasyikkan dan sekaligus mendorong untuk lebih mendalami makna dan peran IPTEK dalam kehidupan dan kesejahteraan manusia. Bersama Pusat Peragaan IPTEK ini diharapkan berkembang pula apresisasi masyarakat terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahwa IPTEK bukan sesuatu yang menakutkan akan tercermin dari peragaan di pusat ini.
Museum IPTEK yang terdapat di TMII (Taman Mini Indonesia Indah), Jakarta Timur ini merupakan fondasi bagi teknologi, sedangkan teknologi adalah tulang punggung pembangunan. Ilmu pengetahuan dan teknologi atau IPTEK merupakan segi yang tidak dapat dikesampingkan dari kehidupan dan kesejahteraan manusia. Di TMII pada tanggal 10 November 1995 diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Disadarai bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia berkembang sangat cepat, dan perkembangan ini harus disadari adanya dan diketahui arahnya. Pendirian pusat peragaan ini dimaksudkan untuk menyadarkan masyarakat akan adanya perkembangan ini dan ikut maju bersama perkembangan tersebut. Dengan peragaan ini pula masyarakat dapat melihat dari dekat, bahkan ikut berperan serta di dalamnya dan memahami bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi itu berjalan.
Dengan peragaan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, pengunjung dapat mengembangkan motivasinya dalam memahami prinsip-prinsip IPTEK. Banyak benda peragaan IPTEK yang dapat dimainkan sendiri oleh pengunjung di pusat peragaan ini. Dengan sistem ini. pengunjung akan secara langsung menjadi pelaku atau pelaksana ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bagi siswa, bahkan umum pun, Pusat Peragaan IPTEK merupakan arena yang mengasyikkan dan sekaligus mendorong untuk lebih mendalami makna dan peran IPTEK dalam kehidupan dan kesejahteraan manusia. Bersama Pusat Peragaan IPTEK ini diharapkan berkembang pula apresisasi masyarakat terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahwa IPTEK bukan sesuatu yang menakutkan akan tercermin dari peragaan di pusat ini.
Harga Tiket Masuk : - Rata-rata Rp. 5.000,-
- Rombongan Minimum 30 orang
Pelajar Discount 25%
Umum Discount 10%
- Atau kunjungi kami di www.ppiptek.com
Museum-museum di Jakarta
1. Monas
2. Taman Ismail Marzuki
3. Museum nasional
4. Museum Bahari
5. Pusat Peragaan Ilmu Pengethuan dan Teknologi (PPIPTEK)
2. Taman Ismail Marzuki
3. Museum nasional
4. Museum Bahari
5. Pusat Peragaan Ilmu Pengethuan dan Teknologi (PPIPTEK)
Latar Belakang
Akhir-akhir ini Museum telah di abaikan oleh masyarakat, terutama oleh masyarakat kota-kota besar, Jakarta adalah contohnya. jakarta memiliki museum-museum yang menarik dan variatif jenisnya namun, jarang sekali menemui warga kota Jakarta yang memiliki keinginan untuk mengunjungi museum yang merupakan bagian daripada sejarah ini. Untuk itu melalui pengenalan akan museu-museum yang disertakan di blog ini, diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan dan kesadaran warga Jakarta akan arti museum sebenarnya sehingga dapat menjadikan museum sebagai tempat tujuan wisata bagi warga kota Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)